Jumat, 11 Desember 2009

Kecil-kecil Keladi Positifnya Makin Jadi


Ternyata menjadi pendidik dari anak berkebutuhan khusus sangat menyenangkan. Banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan. Saya semakin menjadi orang yang menyadari mukjizat Tuhan dan semakin menjadi orang yang mengerti apa itu “CINTA”. Karena “CINTA” itulah kunciku, “CINTA” adalah trikku dalam menghadapi mereka, anak-anakku tersayang. Mungkin aku takkan bisa menyebrangi jembatan antara saya dan mereka, saya takkan bisa memasuki dunia mereka, saya takkan bisa menghadapi emosi mereka bahkan saya tidak tahu apa mau mereka bila tidak ada “CINTA”.
Masih teringat di fikiran ketika saya ditawari pekerjaan untuk menjadi pendidik di sekolah yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Apa itu Autis, apa itu hyperaktif, apa yang harus saya lakukan, benarkah emosi mereka bisa membuat saya terluka dsb. Kebingungan-kebingungan itu yang membuat saya tersenyum bila memikirkannya kembali. Karena pada kenyataannya, mereka adalah anak-anak yang penuh semangat dan mempunyai kecakapan dalam berbagai hal. Mereka adalah anak-anak yang berusaha melawan penyakit mereka. Mereka adalah anak-anak yang penuh pengertian dan perlu perhatian. Mereka adalah anak-anak yang bisa membuat orang lain tersenyum dan bangga bila melihat mereka melakukan sesuatu hal positif meskipun itu hanya sesaat.
Sebut saja si Keladi. Anak ini mempunyai sifat pendendam, bila melihat anak yang menangis dan berisik dia akan langsung memukul atau menendang. Dan bila berada di luar kelas, prilakunya semakin sulit diatur, semaunya sendiri. Itu gambaran yang saya lihat sebelum saya mulai mencoba mendidiknya. Bermula saat SD Purba Adhika mengadakan ekskul ke Taman Mini Indonesia Indah. Karena kebetulan pendamping si Keladi bertugas untuk mengabadikan kegiatan tersebut dalam kamera. Saya bertugas menggantikannya mendampingi si Keladi. Saya sering mendengar cerita para guru yang pernah menanganinya bila Keladi berada dalam lingkungan di luar kelas.. Dua hari sebelum keberangkatan. Saya memberi pengumuman pada Keladi dan teman-teman sekelasnya tentang acara dan peraturan yang harus dijalani nanti pada saat kegiatan. Saya menekankan mereka dengan berkata “Bila sudah tiba di Taman Mini, tidak boleh jauh-jauh dari bapak dan ibu guru. Karena disana banyak penculik”. Kata penculik itu saya tekankan pada mereka selama 2 hari terutama untuk Keladi. Karena saya tahu dia anak yang cepat bosan dan memiliki keingintahuan yang besar. Sehingga bila tidak dikontrol atau kita lengah, Keladi akan hilang atau lepas dari pandangan kita. Dan dipastikan kegiatan tersebut akan habis waktu hanya untuk mencari Keladi. Saya tidak tahu cara itu berhasil atau tidak
Rombongan SD kami pun tiba di Taman Mini denngan selamat. Para guru dan siswa dengan tertib keluar dari dalam bus. Aku tahu, Keladi tidak suka bila tangannya ku genggam, mungkin ia merasa ketidakbebasannya dan terbelenggu bila seperti itu. Jadi, aku biarkan dia melampiaskan keingintahuannya sambil tetap terus mengawasi agar dia tetap berada dalam lingkungan rombongan. Rombongan kami bergerak perlahan-lahan menuju lokasi wahana Museum Air Tawar. Tiba-tiba sebuah tangan menggemgam tanganku dan menarikku agar berjalan lebih cepat mendahului rombongan. Ya, tangan itu tangan si Keladi. Aku tersenyum, karena hal itu berarti penanaman konsepku masuk dalam pikirannya. Ia terus menggemgam dan menarik tanganku hingga memasuki lokasi wisata meskipun kami berjalan mendahului yang lain.
Hingga kegiatan usai, Keladi dapat berprilaku dengan cukup baik, Ia pun pulang dengan menaiki bus kembali meskipun ibunya menjemput. Satu rahasia kecil! Saya sempat lengah dan kehilangan Keladi saat Istirahat makan siang. Tim kelas kamipun berpencar untuk mencari Keladi. Dan ternyata Keladi duduk dengan nyamannya di ujung teras (yang digunakan untuk istirahat) sambil melamun melihat jalan setapak dan taman yang ada di depannya.
Seiring bertambah usianya (kini usianya 10 tahun), bertambah pula kedewasaannya. Kini Keladi mulai dapat mengontrol emosinya dengan cukup baik. Keladi yang tadinya berguling-guling, marah dan menangis bila alat tulis/barangnya hilang kini mulai dapat mencari barangnya dengan tenang sampai ketemu, atau bila tidak ketemu juga ia akan berkata “nanti saja” dan meminjam barang punya teman/gurunya. Keladi yang terpola ketika memakai baju ia harus telanjang terlebih dahulu bahkan bila diarahkan ia akan marah, kini cukup diingatkan saja agar membuka dan memakai baju atasan terlebih dahulu. Saya akan memberinya reward berupa lagu kesukaannya apabila ia berprilaku baik namun saya juga akan menyetel lagu ketidaksukaannya apabila ia berprilaku tidak baik. Tim kelas kami pun sering mengajak Keladi dan teman-temannya berdiskusi untuk menambah pemahaman serta kondisi.
Pernah suatu ketika, teman sekelasnya membuat kegaduhan dikelas dengnan berteriak. Keladi tidak menyukai hal itu, biasanya ia akan marah dan langsung memukul temannya. Namun Kami arahkan dengan menarik nafas dan penanamnan konsep agar ia tidak boleh memukul teman apapun itu sebabnya. Dan saya mengajaknya belajar di luar agar tidak terganggu oleh kegaduhan yang ditimbulkan temannya itu.Keladi pun keluar menuju pintu dan melewati bangu temannya itu, Aku tersenyum saat Keladi tanpa menoleh pada temannya mendaratkan 1 ketukan pelan di kepala temannya dengan menggunakan dasar botol Aqua. Kelihatannya ia sangat berusaha mencoba menahan emosinya.
Saat ini saya hanya memberitahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan ketika Keladi akan bermain dan saya hanya mengawasi dari jauh. Bila ia terlihat akan mendekati area bermain yang saya tidak perbolehkan sebelumnya, saya tidak perlu cemas karena pastinya Keladi akan putar arah dan menjauhi lagi area tersebut.
Mungkin hanya tinggal menunggu waktu agar keberaniannya untuk memukul teman yang menurut dia nakal dan mengambil makanan orang lain tanpa izin itu hilang. Semoga perubahan yang telah dicapainya dapat terus berjalan dengan baik dan semoga Keladi menjadi anak yang Sholih. Amiin

Tidak ada komentar: